Chênh lệch giá và điều kiện tốt nhất của chúng tôi

Harga emas (XAU/USD) berjuang untuk memanfaatkan kenaikan moderat di sesi Asia pada hari Senin dan saat ini diperdagangkan di sekitar area $2.635, turun selama dua hari berturut-turut. Dolar AS (USD) tetap mendekati level tertinggi dua tahun yang disentuh pada hari Kamis lalu karena sinyal hawkish Federal Reserve (The Fed) bahwa akan ada lebih sedikit penurunan suku bunga pada tahun 2025. Selain itu, optimisme atas kebijakan ekspansif Presiden AS terpilih Donald Trump terus mendukung Greenback, yang pada gilirannya dipandang sebagai penghalang bagi logam mulia.
Meskipun demikian, risiko geopolitik yang terus berlanjut akibat perang Rusia-Ukraina yang berlarut-larut dan ketegangan di Timur Tengah, serta kekhawatiran tentang rencana tarif Trump, akan membatasi penurunan harga Emas sebagai aset aman. Sehingga akan lebih bijaksana untuk menunggu aksi jual lanjutan yang kuat sebelum memposisikan diri untuk perpanjangan penurunan retracement hari Jumat dari area $2.665, atau level tertinggi selama hampir tiga pekan. Para pedagang saat ini menantikan rilis data akhir IMP Jasa AS dan Pesanan Pabrik untuk mendapatkan beberapa dorongan di sesi Amerika Utara.
Dari perspektif teknis, penurunan selanjutnya kemungkinan akan menemukan support yang layak di dekat Simple Moving Average (SMA) 100-hari, yang saat ini dipatok di dekat area $2.625. Ini diikuti oleh level $2.600, di bawahnya harga Emas dapat turun ke level terendah ayunan bulanan bulan Desember, di sekitar area $2.583. Beberapa aksi jual lanjutan akan dilihat sebagai pemicu baru bagi para pedagang bearish dan membuka jalan untuk penurunan yang lebih dalam.
Di sisi lain, momentum di luar level tertinggi sesi Asia, di sekitar area $2.647, dapat mengangkat harga Emas kembali ke area $2.665, atau level tertinggi beberapa pekan. Pergerakan naik selanjutnya dapat berlanjut lebih jauh menuju resistance menengah di dekat zona $2.681-2.683 dalam perjalanan menuju angka $2.700. Yang terakhir ini akan bertindak sebagai titik penting, yang jika ditembus dengan pasti akan menetapkan panggung untuk perpanjangan tren naik selama dua pekan.
Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.
Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.
Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.
Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam Dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.